Negara Indonesia terletak di 98oBT - 141oBT dan 64oLU - 111oLS, juga terletak diantara dua Benua yaitu Benua Asia dan Australia serta dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Selain itu keadaan geografis Indonesia terdiri atas 13.667 pulau besar dan kecil yang tersebar disepanjang ekuator kurang lebih 3.000 mil dari Barat ke Timur, dan lebih dari 1.000 mil dari Utara ke Selatan. (Taufik Rahman, Tarsius Wartono, Didi Wiraatmaja, dkk., 2000 : 34)
Karena letak Negara Indonesia yang berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan laut melalui kedua samudera tersebut dan kaya akan rempah-rempah maka masyarakat Indonesia telah sejak lama memperoleh pengaruh dari kebudayaan lain yang dibawa oleh para pedagang asing. Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 SM. Sejak kedatangan pedagang dari India inilah, Indonesia mulai didatangi oleh pedagang-pedagang dari manca negara.
Salah satu pedagang yang pernah datang ke Indonesia adalah orang-orang dari Tionghoa. Mereka datang ke Indonesia terbagi dalam dua gelombang, yaitu :
1. Gelombang Pertama Terjadi pada ratusan tahun silam karena adanya pergolakan politik di Tionghoa, yakni pada munculnya dinasti baru Manchu.
2. Gelombang kedua Terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda karena desakan ekonomi dan kepadatan penduduk di Tionghoa.
Pedagang yang berasal dari Tionghoa, umumnya laki-laki, mereka menetap di Indonesia dan kawin dengan perempuan pribumi. Sejak saat itu muncul ras campuran baru yaitu golongan peranakan. Penduduk peranakan Tionghoa di Indonesia sudah memainkan peranan penting dalam apa yang sekarang dinamakan perdagangan Internasional, karena mereka menjadi tulung punggung perdagangan antar Tiongkok-Indonesia dan India-Indonesia serta tempat tempat lainnya.
Di dalam negeri, mereka-pun memegang peranan penting dalam jaringan distribusi, sehingga hasil bumi rakyat di pedalaman bisa masuk ke kota-kota, dan barang barang dari kota bisa masuk ke pedalaman.
Laksamana Sukardi mengatakan bahwa WNI Keturunan Tionghoa memiliki peran ekonomi yang besar, 50% perekonomian Indonesia atau senilai US$ 100 M, padahal jumlah mereka 4 % atau delapan juta orang dari populasi penduduk Indonesia. Pendapatan pribumi atau WNI asli hanya US$ 520 per kapita, sedangkan WNI Keturunan Tionghoa US$ 12.500. WNI Keturunan Tionghoa menguasai hampir 73 % perusahaan go public. (Dalam Dialog Nasional Pri – Non Pri 1997)
File ada dizini
Judul: Asimilasi Wni Keturunan Tionghoa Di Kota Malang
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Item Reviewed: Asimilasi Wni Keturunan Tionghoa Di Kota Malang
Semoga artikel Asimilasi Wni Keturunan Tionghoa Di Kota Malang ini bermanfaat bagi saudara. Silahkan membaca artikel kami yang lain.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang baik, jangan spam/ SARA
Boleh masang link asal jangan LiveLink, karena pasti saya hapus... THANKS